A. Pendahuluan
Dinamika dan perubahan pranata sosial merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah, sebab btelah menjadi sifat dasar dari segala yang ada dimuka bumi.Pendidikan islam sebagai usaha dan karya manusia, tentu juga tidak luput juga daru hukum tersebut;kalau mampu mengikuti irama perubahan, maka ia akan “survive”. Sebaliknya kalau lamban , maka cepat atau lambat pendidikan islam akan teretinggal dan ditinggalkan dilandasan.Agar pendidikan islam tetap survive, maka perlu keberanian mengadakan perubahan-perubahan esesnsial secara periodik.Tetapi kalau ingin “maju” ( (berkembang) dan bukan hanya survive, maka harus diadakan perubahan yang lebih fundamental sebagai “antisipasi” ke masa depan sesuai dengan trend yang berkembang.Untuk iytu, tidak berlebihan jika dikatakan , bahwa eksitensi pendidikan merupakan salah satu syarat yang mendasar bagi meneruskan dan mengekalkan kebudayaan manusia.Disini fungsi pendidikan berupaya menyesuaikan (mengharmonisasikan) kebudayaan lama dengan kebudayaan baru secara proporsional dan dinamis.
Pertanyaan besar ini, paling tidakmeruapakan persoalan harus dijawab oleh sistem dan kebijakan pendidikan kita.Hal ini disebabkan karena pendidikan memegang amanat yang tertinggi bangsa ini sebagai sarana untuk membina dan membnagun manusia indonesia seutuhnya, sebagaimnana tercermin dalam pembukaan UUD 1945;”untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”.Bahkan kemudian secara tegas dinyatakan dalam amanat masal 31 UUD dan perubahannya menyebutkan, bahwa : “(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Dari kekuatan yuridis dia atas dan kebijakan yang telah dilakukan , kita harus jujur mengakui bahwa pendidikan nasional telah cukup banyak memmainkan peranannya secara positif.Akan tetapi keberhasilannya masih belum maksimal.Hal ini karena disebabkan oleh sistem pendidikan yang ditawarkan masih bersifat parsial ; antara pendidikan umum dan pendidikan agama.Akibatnya pendidikan yang dilaksanakan hanya mampu menciptakan out put yang terpecah ; kokoh dalam dimensi kognitif-intelektual, tapi rapuh pada dimensi afektif-moralitas religius.
Paling tidak ada dua kelompok besar prototipe out put pendidikan dari hasil sistem yang parsial selama ini, yaitu : pertama memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguaai teknologi mutakhir, akan tetapi kurang mampu menghayati nilai-nilai luhur ajaran agama, akibatnya, sering kali berbagai hasil olah keterampilannya kurang memperhatikan nilai-nilai moralitas, bahkan terkesan untuk memeprkaya diri dan golongan.Kebijakan politik seringkali sulit dirujuk pada etika mana di ambil.Bahkan sangat sulit untuk dikatakan apakah politiok yang dimainkan masih mengemas dan menjujung tinggi nilai-nilai etika ( moralitas ).Kedua memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai dan menghayati nilai-nilai luhur ajaran agama , akan tetapi tidak mampu menguasai teknilogi dan dinamika politik yang ada didalamnya.
Bila kita melihat kepada beban yang dibebankan pada dunia pendidikan sangat berat dan besar.Disini kelihatannya kita seolah-olah sedang memainkan politik “lempar batu sembunyi tangan”.Kurikulum yang ditawarkan terkesan kurang bersufat progresif.Rumusannya berkisar menjawab berbagai persoalan kekinian yang terjadi dan belum mampu memprediksikan persoalan 5 atau 10 tahun yang akan datang, sebagaimana kurikulum pendidikan yang ditawarkan di negara-negara maju.
Sudah semestinya,negara kita atau daerah kita bercermin kepada negara atau daerah lain yang mencapai kemajuan pada dimensi intelektual dan senantiasa kokoh dalam dimensi moralitasnya ( pendidikan agama ), katakanlah seperti malasya.Untuk kasus malasya, mungkin kita boleh berbangga dengan sejarah, bahwa kita pernah menjadi “guru” yang telah membuka cakrawala mereka.Tapi , kini kondisi historis tersebut justru bertolak belakang.Mereka mempu menciptakan penghasilkan out put pendidikan yang berkualitas secara intelektual, serta kokoh dalam mempertahankan etika dan adat mereka.Adapun kunci keberhasilan mereka terletak pada political will penentu kebijakan terhadap pendidikan.Ketika mereka sadar dibidang intelektual, maka strategi yang mereka tempuh adalah dengan melakukan human resources, bukan material resources.
Melalui pendekatan human resources, mereke telah mampu menghsuilkan SDM yang tinggi.Dalam hal ini, negara-negara yang maju dalam dunia pendidikannya, tidak mau menerapkan kebijakan material resources. Mereka sadar, bahwa apabila yang diterapkan pada pendekatan material resources, maka yang muncul mungkin –kemegahan fisik, tapi menghasilkan SDM yang rapuh.Fenomena ini terlihat jelas dalam potret dunia pendidikan kita dewasa ini.
B. Dinamika pendidikan Agama Islam dalam lintas sejarah
Dalam pendekatan teoritis, Konfrensi dunis I tentang pendiidkan islam tahun 1977 dimekkah merekomendasikan, bahwa “Istilah pendidikan islam tidak lahir hanya berarti pengajaran teologi atau pengajaran Al-Quran, hadist dan fiqih, akan tetapi mencakup ilmu pengetahuan yang diajarkan dari sudut pandangan nislam”.
Pandangan serupa dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi, sebagai berikut :
“Iman bukan sekedar pengetahuan kaum teolog dan filsuf, bukan pula semata-mata penginderaan ruhani speerti penginderaan kaum sufi ( tasauf ), bukan hanya praktik-praktik peribadatan ritual sebagaimana yang dilakukan oleh ahli-ahli ibadah, akan tetapi iman merupakan kesatuan yang utuh dari ketiga hal tersebut.Pola berpikir yang demikian akan dapat menumbuhkan sikap positif untuk memakmurkan dunia ini secara benar, mengisi hidup dengan akhlakul Karimah, dan menuntunnya ke jalan yang benar.
Kuipan diatas memberikan penekanan , bahwa iman dan akhlak merupakan landasan utama sistem pendidikan islam.Dengan bersandar pada keimanan, maka segala usaha dalam pendidikan yang beruapaya membentuk kepribadian insan kamil akan dapat terwujud dalam diri peserta didik.Bila pendidikan mampu menciptakan sosok manusia ideal ini, maka manusia akan dapat pelbagai persoalan kehidupan secara proporsional.
C. Kurikulum
1. Pengertian kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa yunani .yang mempunyai beragam arti, ada arti yang luas dan juga arti yang sempit.Tapi didalam tulisan ini hanya akan dimuat pengertian kurikulum menurut para pendidik, karena lebih cendrung kepada pendidikan.Arti kurikulum secara luas adalah “Segala usaha sekolah untuk untuk mempengaruhi anak belajar, didalam kelas, dihalaman sekolah, maupun diluar sekolah atau segala kegiatan dibawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya.”
Untuk membahas atau menyusun suatu kurikulum perlu kiranya mempertimbangkan faktor-faktor yang merupakan landasan bagi kurikulum, sebagai berikut :
a. Filsafat dan tujuan pendidikan
b. Psikologi belajar
c. Faktor anak
d. Faktor masyarakat
Cukup jelaslah bagi kita tentang faktor-faktor yang tersebut di atas,tapi, Dinamika posisi pendidikan agama islam disekolah umum dalam lintas sejarah pendidikan nasional, mengalami fase yang demikian panjang, yaitu (1) Fase pra kemerdekaan.(2) Fase kemerdekaan era orde lama .(3) fase era orde baru. (4 ) fase reformasi.
Tapi, yang menjadi permasalahannya sekarang adalah bentuk kurikulum pendidikan agama islam mulai fase orde lama sampai sekarang belum ada perubahan signifikan, seperti pendidikan agama islam telah dikelola secara sistematis dalam muatan kurikulum nasional.Dalam hal ini, guru agama disekolah umum dituntut untuk memiliki pengetahuan umum yang dapat menopang tugasnya.Alokasi waktu yang disediakan sebanyak dua jam / minggu.materi yang di ajarkan meliputi akidah, syariah dan akhlak.Pengalokasian terhadap pendidikan agama islam yang demikian secara umum tidak jauh berbeda dengan kebijakan pendidikan yang berlaku sampai dewasa ini, bahkan sama dalam alokasi waktu yaitu dua jam / minggu.
Secara logika, apakah tujuan pendidikan akan tercapai bila alokasi waktu jam pengajaran agama islam 2 ./ minggu, untuk menciptakan insan kamil.
D. Mensiasati kekurangan jam pelajaran agama disekolah
Salah satu yang sering dikemukakan para pengamat pendidikan islam adalah adanya kekurangan jam pelajaran agama islam yang disediakan diskeolah-sekolah umum seperti sekolah dasar, SMP , SMU dan perguruan tinggi.Masalah inilah yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya kekurangan jam pelajaran agama untuk para siswa, sehingga mereka sedikit memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama.sebagai akibat dari kekurangan ini, para pelajar tidak memiliki bekal yang memadai untuk membentengi dirinya dari berbagai pengaruh negatif akibat globalisasi yang menerpa kehidupan.Banyak pelajar yang terlibat dalam perbuatan kurang terpuji sepertri tawuran, pencurian, penodongan, penyalahgunaan obat-obat terlarang, seks diluar nikah dan sebagainya.Semua perbuatan yang dapat menghancurkan masa depan para pelajar ini penyebab utamanya adalah kekurangan bekal pendidikan agama. Ha;l ini disebabkan karena kekurangannya jam pelajaran agama yang diberikan disekolah-sekolah sebagaimana tersebut di atas.
Sejalan dengan permasalahan di atas, kami akan mencoba menawarkan solusi alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan jam palajaran agama disekolah.Adapun solusi sebagai berikut :
1. Dengan merubah orientasi dan fokus pengajaran sgama yang semula bersifat subject matter oriented, yakni dari yang semula bersofat pemberian pengetahuan agama dalam artimemahami dan menghafal ajaran agama sesuai kurikulum, menjadi pengajaran agama yang berorientasi pada pengalaman dan pembentuk sikap hidup keagamaan melalui pembiasaan hidup sesuai dengan agama.Alasanya adalah karena para siswa di SD, SMP dan SMU bukan di arahkan untuk menjadi ahli agama, melainkan orang berjiwa agama. Mereka itu nantinya bisa jadi dokter, arsitek, desainer,ABRI, pengusaha, ilmuwan, dan lain-lain.Namun semua keahliannya didasarkan pada jiwa dan akhlak islami.
2. Dengan menambah jam pelajaran agama melalui pengurangan jam pelajaran muatan lokal yang dianggap kurang penting bagi siswa kemudian di isi atau ditambahkan ke jam pelajaran agama sehingga menjadi empat atau enam jam / minggu.atau memperbanyak kegiatan keagamaan diluar jam pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.Dalam kaitan ini, kurikulum tambah atau kegiatan ekstra kurikuler perlu ditambahkan dan dirancang sesuai dengan kebutuhan dan dengan penekanan utamanya pada pengalaman agama dalam kehidupan sehari-hari.Kegiatan yang dapat ditawarkan dalam extra kurikuler ini antara lain kegiatan shalat berjamaah, pendalaman agama melalui ceramah sesudah shalat berjamaah, pesantern kilat diluar jam sekolah ( bukan maksudnya pesantren kilat dibulan ramadhan ), menyelenggarakan olimpiade agama pada setiap semesternya yang diselenggarakan oleh setiap sekolah umum dan agama dan pemerintah juga ikut turun tangan untuk mengadakan olimpiade sains agama untuk memperlombakan setiap sekolah pada setiap tahunnya serta penyerahan hadiah atau pemberian bantuan kepada sekolah atau siswa yang berprestasi sebagai upaya atau perhatian pemerintah terhadap generasi muslim dimasa yang akan datang dalam menjaga dan membentengi mereka dari pengaruh globalisasi ini, dan lain-lain.
3. Dengan membiasakan tradisi keislaman kepada para siswa, seperti memisahkan kelas laki-laki dengan perempuan sebagai telah diterapkan disekolah agama dan berhasil, kantin dan lain-lain yang dianggap sebagai tradisi islami.
4. Pemibinaan sikap ke agamaan dapat juga dilakukan dengan cara memanfaatkan media massa yang tersedia seperti radio, telivisi, dan internet yang diembankan oleg guru kepada siswanya sebagai tugas individu atau kelompok atau sebagai materi yang dijelaskan pada saat pembelajaran.
Berbagai solusi alternatif yang telah kami tawarkan sebagai upaya mengatasi kekurangan jam pelajaran agama disekolah bukanlah masalah yang sulit dilksanakan.Sebagai contoh saat ini terdapat sejumlah sekolah yang bergengsi di Jakarta dan berada ditengah-tengah terpaan arus globalisasi, namun siswanya tetap terjaga dari berbagai pengaruh tersebut.
E. Metodelogi
Salat satu metodelogi pembelajaran yang dinilai paling mutakhir dan dapat menghasilkan lulusan pendidikan yang terbina seluruh potensi dirinya adalah metodelogi Quantum Teacing.
1. Quantum teaching dan karakteristiknya
Quantum teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodelogi yang dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas Supercamp.Diciptakan berdasarkan pendidikan seperti Eccelerated ( Lazanov ),Multiple Intelegence ( Gardner ), Neuro-Linguistic ( Ginder and Bendler ), Experential Learning ( Hahn ), Socratic Inquiry. Comperative Learning (jonhson and jonhson ) dan Elements of Effective Intruction ( Hunter ).Quantum teaching suatu rangkaian yang paling baik diantara yang terbaik menjadi sebuah paket multisensori, multi kecerdasan dan kompatibel dengan otak.
Quantum teaching yang dibangun bardasarkan teori-teori tersebut mencakup petunjuk yang spesific, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.
Quantum teachiong bersandar pada konsep bawalah dunia mereka kedunia kita dan antarkanlah dunia kita ke dunia mereka.
Quantum teaching juga memeilki lima prinsip dasar, yaitu :
1. Segalanya berbicara
2. Segalanya bertujuan
3. Pengalaman sebelum pemberian nama
4. Akui setiap usaha
5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Dalam pelaksanaannya Quantum teaching melakukan langkah-langkah pengajaran dengan enam langkah yang tercermin dalam istrilah Tandur, yaitu :
a. Tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni apakah manfaat pelajaran tersebut bagi guru dan murid.
b. Alami, yakni ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar
c. Namai, untuk ini harus disediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi;yang kemudian menjadi sebuah masukan bagi si anak.
d. Demonstrasikan, yakni sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.
e. Ulangi, yakni tumjukkan kepada pelajar tentang cara-cara mengulang materi dan menegaskan. ; Aku tahu bahwa aku memang tahu ini
f. Rayakan, yakni pengekuan untuk penyelesaian, partisipasi dan perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
Dari kerangka konseptual tentang langkah-langkah pengajaran quantum teaching tersebut adanya lima ciri sebagai berikut :
1. Adanya unsur demokrasi dalam pengejaran, yakni semua siswa mendapatkan kesempatan yang luas untuk terlibat aktif dan berpatisipasi dalam tahapan-tahalan kajian terhadap pelajaran agama misalnya.
2. Efek dari hal yang pertama, maka dapat memungkinkan terekspresikan seluruh potensi dan bakat yang terdapat dalam diri peserta didik.
3. Adany unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan
4. Adanya kepuasan pada diri si anak
5. Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak, dalam bentuk konsep, teori,model, dan sebagainya.
2. Quantum teacing dalam pandangan islam
Secara ekplisit dalam ilmu pendidikan islam belum dijumpai rumusan teori pengajaran yang mirip dengan quantum teacing.Hal ini kita maklumi, mengingat ilmu pendidikan islam terlambat perkembangannya dibandingkan dengan ilmu ke-islaman lainnya seperti Fiqh, kalam, Tafsir, hadist dan sebagainya.
Sebagaimana lima prinsip dasar quantum teaching di atas, maka terdapat pula dalam ajaran islam. Hal itu dapat pula dijelaskan sebagai berikut :
a. Segalanya berbicara, juga terdapat dalam islam, seperti Air, tanah, api, udara, gunung, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia.itu semua memilki jiwa dan personalitas.oleh karenanya itu semua diperlakukan secara baik. Berkenaan dengan ini kita jumpai didalam al-quran surat Al-Ahzab ayat 72.
b. Segalanya bertujuan, juga terdapat didalam islam seperti terkandung didalam surah Al-Imran : 191.
c. Pengalaman sebelum pemberian nama, juga ada didalam islam seperti Kita diperintahkan terlebih dahulu beriman kepada Allah, kemudian baru dijelaskan apatujuan dari iman tersebut.
d. Akui setiap usaha, juga terdapat didalam islam seperti seseorang yang memeprcayai rukun iman dan hal-hal lain yang terkait keimanan maka ia disebut mukmin.
e. Layak dipelajari maka layak dirayakan, juga terdapat didalam islam seperti tradisi pemberian nama baik bagi seorang anak pada saat ‘Aqiqah, dan lain-lain.
F. Kesimpulan
Quantum teaching merupakan beberapa kumpulan metodologi pembelajaran yang telah dan didalam islam juga terdapat hal tersebut, untuk itu bagi seorang guru pelajaran agama selayaknya dapat bisa menerapkan metode tersebut untuk dapat tercapainya hasil yang memuaskan semua pihak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar